Pages

Sunday, July 28, 2013

Amal-amal Batin

"Rasakanlah kerendahan saat engkau ruku’ dalam shalat. Karena engkau meletakkan jiwamu pada asalnya, yakni tanah. Mengembalikan cabang ke pokoknya, dengan cara bersujud ke tanah yang darinya engkau diciptakan.” (Imam Al Ghazali)

Saudariku,
Tak jarang bosan dan jenuh kerap menyapa saat diri ini beruasaha memelihara amal-amal ketaatan. Merasa berat dan tak semangat lagi untuk meneruskan amal shalih yang sudah pernah kita pahat dalam jenak-jenak hidup yang lampau. Padahal, amal shalih itu seharusnya menambah kuat energi pelakunya, untuk terus melakukan lebih banyak lag keshalihan. Amal-amal ketaatan itu sejatinya membuat hidup diri ini lebih indah dan lebih bersemangat.

Hasan Al Bashri rahimahullah member nasehat tentang mengapa amal-amal shalih dan ketaatan itu suatu saat bisa tidak member pengaruh dan menambah semangat si pelaku. Beliau berkata, “carilah kemanisan hidup ini dalam tiga perkara, dalam shalat, dalam dzikir, dan dalam membaca Al Qur’an. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka ketahuilah bahwa pintunya dalam keadaan tertutup.”

Pintu tertutup itu adalah pindtu hati yang ditutup oleh pemiliknya sendiri. Jika diibaratkan, maka dzikir kepada Allah adalah pintu yanglebar dan besar yang selalu terbuka dan menghubung kan antara Allah dan hamba-Nya. Pintu yang akan selalu terbuka,s elama tidak ditutup sendiri oleh hamba-Nya denagn kelalaiannya.

Mungkin, suasana semacam inilah yang kerap terjadi pada diri ini. Yang merasa sulit mendapatkan ‘tenaga’ dari amal-amal shalih yan gkita lakukan. Yang merasa susah mendapatkan ruh yang hidup tatkala melakukan amal shalih. Yang justru merasa berat menumbuhkan rasa dekat dengan Allah melalui amal-amal ibadah.

Banyak keadaan yang menjadi pematik kondisi semacam itu. Antara lain, diri ini terlalu lalai untuk melibatkan unsur batin dalam mengerjakan amal-amal ketaatan tadi. Ketika ibadah hanya sampai pada ‘kulitnya’ saja, tidak sampai menghayati isinya.  Ketika ibadah hanya dilakukan sebatas gerakan-gerakan belaka, tanpa menghadirkan hati, perasaan, dan pikiran kita di sana. Lalu, amal-amal ibadah kita menjadi kering.

Imam Al Ghazali banyak menguraikan makna-makana batin yang seharusnya ada dalam hati kita saat kita melakukan amal ibadah. Kata beliau, “Hendaknya setiap amal ibadah dilakukan dengan suasana hudhurul qalb (kehadiran hati).” Atau dengan kata lain, berusaha menyertai amal-amal shalih secara lahir dengan amal-amal batin.

Saat melakukan ruku’ dan sujud dalam shalat misalnya. Imam Al Ghazali mengatakan, “Rasakanlah kerendahan saat engkau ruku’ dalam shalat. Karena engkau meletakkan jiwamu pada asalnya, yakni tanah. Mengembalikan cabang ke pokoknya, dengan cara bersujud ke tanah yang darinya engkau diciptakan.”

Meresapi nasihat itu tatkala diri ini ruku’ dan bersujud, maka seharusnya diri ini akan merasa sebaga makhluk yang sangat rendah dan hina di hadapan Allah. Kondisi seperti inilah yang menghasilkan kekhusyu’an dala m shalat dan kekhusyu’an itulah yang mempengaruhi amal-amal lahir kita di dalam maupun di luar shalat.

Demikianlah pola berfikir dan beramal para shalafushalih, yang tak terkungkung pada bentuk-bentuk lahir sebuah amal maupun perintah. Mereka tak hanya memandang suatu amal atau perintah Allah sebagai amalan fisik yang harus dikerjakan saja. Namun, mereka berusaha mengatkan itu semua dengan keadaan lain melalui sentuhan tafakur dan hati yang hidup.

*Disarikan dari buku “Mencari Mutiara di Dasar Hati”, Muhammd Nursani, 2004.

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger