Pages

Monday, August 19, 2013

Tips Menghafal Alqur'an

Disampaikan Oleh : Syaikh Wahid Abdussalam Bali
Ditulis oleh : Ummu Abdullah berdasar rekaman kajian beliau

·         Sisihkan waktu selama 15 menit saja perhari, insyaAllah kita akan dapat menghafal Alqur’an dengan sempurna.
·         Ada sebuah kisah : di desa kami ada beberapa akhwat di masjid (khusus wanita), merkea mengumpulkan para wanita lanjut usia, umurnya sekitar 50-60 tahun yang tidak bisa baca dan tulis, hafalan mereka kisaran al falaq dan an nas, yakni hanya beberapa surat saja, agar mereka bisa gunakan untuk shalat. Dan hafalan awal mereka surat al fatihah dan al mu’awwidzat, surat surat pendek dan hafalan bertasyahud. Maka mulailah para ibu ibu dating, lalu ukhti tadi membaca al faihah dan para ibu ibu mengikuti bacaannya dengan diulang ulang sampai ibu  ibu tadi hafal al fatihah dengan baik, lalu mu’awidzat, lalu menghafal tasyahud lalu menghafal surat surat pendek dengan mengikuti guru berulang-ulang. Dan kitapun bisa melakukannya dirumah, dengan mengambil kaset murotal. Ketika qori membaca, kita ikuti bacaannya dan diulang ulang dan sekarang ada program computer dalam bentuk CD namanya mushaf mu’alim. Bacaannya dapat diulang sembilan kali dan kita bisa terus mengikuti bacaannya berulang ulang sampai hafal. Akhwat tadi, mereka tidak mempunyai computer, akhwat mulai membaca dan mengajarkan ibu ibu tadi hanya sekali dalam seminggu, khusus wanita, mereka menghafal surat surat pendek. Akhwat tadi bertanya kepada ibu ibu : hafalannya ditambah ya, ibu ibu menyahut: ya … tambahkan saja hafalannya. Dan hafalan mereka terus menerus bertambah sehingga mereka hafal juz ‘amma seluruhnya. Sehingga merasakan nikmatnya iman dan lezatnya Alquran. Dan mereka juga hafal juz tabarok. Mereka memulai jiz tabarok, 5 ayat-5 ayat atau 3 ayat – 3ayat dan akhirnya hafal seluruhnya juz tabarok. Mereka juga hafal juz Qod Sami’a. Kemudian kamipun mengadakan perlombaan buat mereka dan mulailah para wanita ini menghafal alqur’an. Yang perlu kita tau, ibu ibu tersebut tidak bisa baca dan tidak bisa menulis. Dan pemenang pertama yang kami beri hadiah, dia hafal 28 juz, ia berumur 62 tahun dan ia tidak bisa membaca dan menulis. Ia menghafal dengan cara mendengar dari rekaman (kaset) dan dari guru perempuannya yang memudahkannya, dan hafal dengan baik. Lalu setelahnya berumur 50 tahun ada yang hafal 18 juz, 15 juz, 14 juz dan 28 juz, ibu ibu tua buta huruf yang tidak bisa baca tulis. Lalu seharusnya, kita yang ustadz, basya, doctor, guru, mahasiswa, dosen, berapa juz yang seharusnya kita hafal? Atau kita hanya menghafal surat pendek saja? Bukan merupakan aib wahai para doctor untuk memulai menghafal satu juz, kemudian dua juz.
·         Dan saya (ust. Wahid) takjub melihat dan mendengar kisah tadi. Kuncinya 15 menit atau seperempat jam setiap hari kita menghafal 3 ayat. Tidak sulit bukan?
·         Saya (ust. Wahid) katakan : bukanlah hal yang sulit bagi anda, hanya 3 ayat dan selama 10-15 menit pun anda sudah hafal. Pilih waktu yang tidak akan menganggu pekerjaan atau bisnis anda.
·         Tips Menghafal alqur’an :
1.       Niat ikhlas karena Allah
Untuk apa kita menghafal : menghafal Alqur’an hanya untuk Allah, agar kita bisa masuk surge, agar menjadi orang-orang pilihan Allah, agar alqur’an dapat menaungi kita pada hari kiamat.
2.       Menghafal dari satu cetakan mushaf
Jangan seriap surat dengan cetakan yang saling berbeda, sehingga nantinya hafalan kita bergantung pada banyak cetakan. Jadi perlu bagi kita menghafal dari satu cetakan mushaf. Kita bisa dapatkan dari salah satu cetakan yang terkenal seperti cetakan malik fahd ataupun madinah munawwaroh.
3.       Menghafal dengan talaqqi dari qori’ yang ahli
Selanjutnya kita perlu menyetor hafalan kita dihadapan qori yang mahir, siapapun orang yang kita jumpai atau imam masjid manapun, kita bisa menyetorkan hafalan dihadapannya 3 ayat setiap hari. Dan kita akan merasa tidak keberatan, atau mungkin teman kantor kita juga bisa, teman kerja atau siapapun yang kita jumpai dimasjid misalnya katakana saja : “tolong dengarkan bacaan saya 3 ayat saja”. Tidak harus menghafal dihadapan mereka yang sudah meraih gelar doktor. Karena Alquran tidak ada kaitannya dengan gelar doctoral, magister, Alquran hanya butuh kaidah dalam membaca. Kita cukup pelajari kaidah tajwid, ketika kita sudah bisa, insyaAllah kita bisa membaca dihadapan saiapa saja yang bisa kita percaya, 1 juz misalnya. Kemudian kita pulang dan membaca sendiri dengan computer… akan tetapi masih nomor satu yaitu membaca dan menghafal dihadapan qori yang mahir. Dan kita bisa dapatkan CD mushaf mu’allim yang dapat diulang ulang, kemudian dimasukan ke komputer kemudian mulai ikuti bacaannya agar bacaan kita bagus.  Ada CD dengan suara Hudzalfi, Alminsyawi, Abdul Bashit, pilih sesuai yang kita inginkan. Kemudian kita baca setelahnya dan ikutilah bacaan mereka, ikuti supaya kita dapat mengucapkan huruf hurufnya dengan benar. Demi Allah, kita akan bisa merasakan nikmatnya alquran dan dengan alquran kita akan semakin dekat kepada Allah.
4.       Menghafal setelah fajr (subuh)
Menghafal setelah terbitnya fajar, karena waktu fajar adalah waktu yang baik dan penuh berkah dan Nabi Muhammad berdoa untuk mereka yang mengerjakan sesuatu di waktu fajar agar Allah melimpahkan berkah kepada mereka, beliau berdo’a : “Ya Allah limpahkanlah berkah untuk umatku pada waktu paginya”. Jadi setelah fajar kita mulai hafalkan 5 ayat dan mulailah…
5.       Meminimkan yang dihafal
Minimkan hafalan, setiap hari tidak harus menghafal seperempat (hal/juz) karena nanti syetan membisikan “ayo hafalkan sepermpat (hal/juz) atau 2 ¼ …” dan ketika kita sudah menyelesaikan 1 juz kita lupa sepertiga dari hafalan kita. Perbuatan yang sedikit tapi berkesinambungan lebih baik dari pada banyak namun akhirnya terputus.
6.       Membaca hafalan di setiap kali shalat
Minimkan hafalan dan ulangi hafalan kita 5 kali dalam shalat. Tidak mengapa sehari menghafal 3 ayat, lalu kemudian kita ulangi hafalan ktia ketika shalat dhuha, subuh dan shalat sunnah subuh, dzuhur, dan sunnah dzuhur, ashar dan shalat sunnah ashar, maghrib, dan shalat sunnah maghrib, shalat isya dan sunnah isya, bukanlah hal yang sulit, karena hanya 3 ayat. Dan hari selanjutnya tambah hafalan lagi 3 ayat. Setelah menghafal ulangi hafalan tersebut dalam shalat. Menghafal cukup 7 menit tapi kita mengulanginya dalam setiap shalat kita. Ketika kita berjalan kemasjid atau berjalan pulang kita dapat mengulang ulang hafal kita. Pulang pergi kemasjid mungkin kita dapat mengulang hafalan kita lima kali atau lima belas kali, dan hafalan kita akan kuat dan sempurna. Dan pada hari jum’at kita mengulangi hafalan kita yang telah kita hafal selama satu pecan. Dan usahakan banyak membaca hafalan di dalam shalat. Setelah isya ada shalat sunnah 2 rakaat dengan membaca seluruh yang telah ktia hafal.
7.       Muroja’ah (mengulang)
Mengulang hafalan yang telah lalu dan mengulangi hafalan tersebut pada shalat sunnah 2 rakaat setelah isya.
8.       Luangkan waktu sepekan untuk mengulang setelah hafal 1 juz.
Apabila Allah memuliakan kita dengan menghafal  1 juz dengan sempurna, maka kita berhenti menambah hafalan selama sepekan penuh. Misalnya kita telah menghafal juz ‘amma, setelah hafal jangan langsung menambah hafalan baru, tapi dalam sepekan penuh, setiap hari mengulang juz ‘amma 2 kali, terus setiap hari 2 kali supaya hafalan kita sempurna terus dengan perlahan. Setan akan membisiki di telinga kita : “wah telah hafal juz ‘amma, ayo cepat segera hafalkan juz 28 dan 29, ayo cepat”. Yah hafalkanlah secara perlahan, sedikit demi sedikit, kalo tidak bisa jadi kita tidak akan hafal apapun selama 10 tahun.
9.       Jika sudah hafal 1 juz, mengulang ¼ hafalan yang lalu ditambah 3 ayat baru.
Apabila Allah memuliakan kita dengan menghafal 1 juz, maka setiap hari kita menambah hafalan 3 ayat dan mengulang seperempat hafalan kita yang lalu. Jika Allah memuliakan kita dengan menghafal 2 juz,makan kita harus mengulangi 2/4 dari hafalan kita ditambah 3 ayat hafalan baru. Bgeitulan seteruskan dan kit abaca apa yang telah kita hafal dalam dua rakaat shalat sunnah setelah isya.
10.   Meminimalisir makan, berbicara dan tidur
Setelah kita menghafal kita harus meminimalisir 3 hal penting :
Meminimalisir makan, ucapan dan juga tidur. Karena apabila kita meminimalisir makan, saat kita mengurangi makan, kita dapat menghafal, pembicaraan dikurangi dan waktu tidur dijadwal.
11.   Berdoa
Beroda semoga Allah memudahkan kita dalam menghafal alquran, semoga Allah memberkahi kita yang menghafal alquran, karena kita tidak akan bisa menghafal alquran kecuali dnegna taufiq Allah (pertolongan/anugerah Allah).
Ringkasan kitab :”Atsamaarulyaani’ah filkhuthobil jaami’ah” oleh Abdul Faqir dengan judul Kewajiban kita kepada Alquran Alkarim. kitab :”Atsamaarulyaani’ah filkhuthobil jaami’ah” dikarang oleh Ibnu Rajab Al Hanbali

*catatan ini saya tulis sebagai pengingat dan motivasi saya untuk bisa mengahafal alquran dan mendidik anak anak saya  menghafal Alquran ...hehe karena saya juga masih miskin hafalan ... SEMANGAT ...bismillah ...mari menghafal

Sunday, July 28, 2013

Amal-amal Batin

"Rasakanlah kerendahan saat engkau ruku’ dalam shalat. Karena engkau meletakkan jiwamu pada asalnya, yakni tanah. Mengembalikan cabang ke pokoknya, dengan cara bersujud ke tanah yang darinya engkau diciptakan.” (Imam Al Ghazali)

Saudariku,
Tak jarang bosan dan jenuh kerap menyapa saat diri ini beruasaha memelihara amal-amal ketaatan. Merasa berat dan tak semangat lagi untuk meneruskan amal shalih yang sudah pernah kita pahat dalam jenak-jenak hidup yang lampau. Padahal, amal shalih itu seharusnya menambah kuat energi pelakunya, untuk terus melakukan lebih banyak lag keshalihan. Amal-amal ketaatan itu sejatinya membuat hidup diri ini lebih indah dan lebih bersemangat.

Hasan Al Bashri rahimahullah member nasehat tentang mengapa amal-amal shalih dan ketaatan itu suatu saat bisa tidak member pengaruh dan menambah semangat si pelaku. Beliau berkata, “carilah kemanisan hidup ini dalam tiga perkara, dalam shalat, dalam dzikir, dan dalam membaca Al Qur’an. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka ketahuilah bahwa pintunya dalam keadaan tertutup.”

Pintu tertutup itu adalah pindtu hati yang ditutup oleh pemiliknya sendiri. Jika diibaratkan, maka dzikir kepada Allah adalah pintu yanglebar dan besar yang selalu terbuka dan menghubung kan antara Allah dan hamba-Nya. Pintu yang akan selalu terbuka,s elama tidak ditutup sendiri oleh hamba-Nya denagn kelalaiannya.

Mungkin, suasana semacam inilah yang kerap terjadi pada diri ini. Yang merasa sulit mendapatkan ‘tenaga’ dari amal-amal shalih yan gkita lakukan. Yang merasa susah mendapatkan ruh yang hidup tatkala melakukan amal shalih. Yang justru merasa berat menumbuhkan rasa dekat dengan Allah melalui amal-amal ibadah.

Banyak keadaan yang menjadi pematik kondisi semacam itu. Antara lain, diri ini terlalu lalai untuk melibatkan unsur batin dalam mengerjakan amal-amal ketaatan tadi. Ketika ibadah hanya sampai pada ‘kulitnya’ saja, tidak sampai menghayati isinya.  Ketika ibadah hanya dilakukan sebatas gerakan-gerakan belaka, tanpa menghadirkan hati, perasaan, dan pikiran kita di sana. Lalu, amal-amal ibadah kita menjadi kering.

Imam Al Ghazali banyak menguraikan makna-makana batin yang seharusnya ada dalam hati kita saat kita melakukan amal ibadah. Kata beliau, “Hendaknya setiap amal ibadah dilakukan dengan suasana hudhurul qalb (kehadiran hati).” Atau dengan kata lain, berusaha menyertai amal-amal shalih secara lahir dengan amal-amal batin.

Saat melakukan ruku’ dan sujud dalam shalat misalnya. Imam Al Ghazali mengatakan, “Rasakanlah kerendahan saat engkau ruku’ dalam shalat. Karena engkau meletakkan jiwamu pada asalnya, yakni tanah. Mengembalikan cabang ke pokoknya, dengan cara bersujud ke tanah yang darinya engkau diciptakan.”

Meresapi nasihat itu tatkala diri ini ruku’ dan bersujud, maka seharusnya diri ini akan merasa sebaga makhluk yang sangat rendah dan hina di hadapan Allah. Kondisi seperti inilah yang menghasilkan kekhusyu’an dala m shalat dan kekhusyu’an itulah yang mempengaruhi amal-amal lahir kita di dalam maupun di luar shalat.

Demikianlah pola berfikir dan beramal para shalafushalih, yang tak terkungkung pada bentuk-bentuk lahir sebuah amal maupun perintah. Mereka tak hanya memandang suatu amal atau perintah Allah sebagai amalan fisik yang harus dikerjakan saja. Namun, mereka berusaha mengatkan itu semua dengan keadaan lain melalui sentuhan tafakur dan hati yang hidup.

*Disarikan dari buku “Mencari Mutiara di Dasar Hati”, Muhammd Nursani, 2004.

Monday, July 22, 2013

Hati dan Cahaya

Imam Ahmad radhiyallahu'anhu meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shalallahu'alayhi wasalam bersabda: "Hati itu ada empat macam: Pertama, qalbun ajrad (hati yang polos tak bernoda) di dalamnya seperti ada pelita yang bversinar. kedua, qalbun aghlaf (hati yang tertutup) yang terikat tutupnya. Ketiga, qalbun mankuus (hati yang terbalik). Keempat qalbun mushfah (hati yang terlapis). Adapun qalbun ajrad adalah hati seorang mukmin, pelita dalam hatinya adalah cahaya, qalbun aghlaf adalah hati orang kafir, qalbun mankuus adalah hati orang munafik, yang mengetahui kemudian mengingkari. Qalbun mushfah adalah hati yang didalamnya bercampur iman dan nifak, iman yang ada di dalamnya seperti tanaman yang disirami air yang segar dan nifak yang ada di dalamnya seperti bisul yang disirami darah dan nananh, mana dari dua unsur di atas yang lebih dominan, maka itulah yang  akan menguasai hatinya." Disebutkan bahwa sanadnya bagus, namun memang tidak pernah diriwayatkan oleh penulis-penulis kitab hadits pada umumnya. Salah seorang pentahqiq hadits, Dr.'Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh menyebutnya dhaif dikarenakan ada kelemahan pada sanadnya dan terputus. Wallahu a'lam.

Monday, April 29, 2013

PEREMPUAN SEMPURNA, SIAPAKAH KAU?

#COPAS dari sini http://www.afifahafra.net/2011/06/perempuan-sempurna-siapakah-kau.html

----------Sebuah Catatan Kecil Afifah Afra--------------

Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang. Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.

Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim. Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah. Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti.

Ini terjemah ayat tersebut:

66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)".

66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim",

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
 
SEBUAH KONTRADIKSI

Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun (IF) dan Maryam (M), adalah symbol perempuan beriman. Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu?

IN dan IL adalah contoh perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?). Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…
Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbakumul a’la.” Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…
 
PEREMPUAN SEMPURNA

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
"Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran." (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).
Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw. masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah IF dan Maryam binti Imran. Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu?

Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits. Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-reba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami. Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib kw, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri. Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim." Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina?
Pantas jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…
 
JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan Kita

Jadi, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama. Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman. Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.
Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang bagus, gimana kalau Mas korupsi aja…”
Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah!
Wallahu a’lam bish-shawwab.

 
Powered by Blogger