Pages

Tuesday, July 3, 2012

keluarga sakinah

Resume kajian by ust. Budi Dharmawan
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa ukuran keberhasilan kita di dalam meniti karir keluarga kita diukur dari sejauh mana kita menghantarkan seluruh anggota keluarga kita ke gerbang pintu surga atau tidak, ketika kita gagal untuk menghantarkan seluruh anggota keluarga kita untuk masuk ke gerbang pintu surge berarti kita telah gagal dalam karir keluarga kita.
Dalam hidup ini, sekurang-kurangnya kita mempunyai 3 karir, yaitu karir pendidikan, karir pekerjaan dan karir keluarga, karir pendidikan ada selesainya, karir pekerjaan ada pensiunnya, akan tetapi karir keluarga tidak berhenti tujuh turunan. Setelah hari ini kita membentuk keluarga, bahkan akan kita demonstrasikan seumur hidup kita. Dan bahkan jika pada hari ini, di dunia kita telah berhasil membentuk keluarga sakinah, maka kita akan dipertemukan insyaAllah dengan keluarga kita di surga nanti. Sehingga menjadi jelas bahwa karir keluarga bukan hanya karir dunia, tapi dapat menembus dimensi akhirat nanti. Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap kita untuk senantiasa melakukan introspeksi, siapapun kita, apapun status kita, dan dimanapun kita berada, setiap kita akan kembali ke rumah. Jika pada hari ini kita kembali ke rumah seabagai anak, mungkin pada kesempatan lain kita kembali  sebagai suami/istri, sebagai ayah/ibu untuk anak anak kita, sebagai menantu, sebagai mertua atau sebagai kakek dan yang jelas kita akan kembali ke rumah. Yang jadi masalah adalah apakah kita akan kembali ke rumah kita sebagai orang yang terbaik di rumah itu atau tidak, karena Rasulullah sendiri bersabda “sebaik-baik kamu adalah yang terbaik untuk keluargamu”
Apabila setiap anggota kembali ke rumah dengan niat untuk menjadi yang terbaik, maka baru disitulah kita akan menemukan apa yang disebut sebagai keluarga sakinah. Dan ini merupakan modal awal. Jika kita berbicara masalah keluarga, maka adalah satu persoalan yang menyangkut hidup kita selamanya, berbeda ketika kita berbicara persoalan-persoalan yang lain. Ini merupakan satu hal yang ideal ketika kita bisa mengantarkan seluruh anggota keluarga kita ke surga. Dan menjadi penting bagi kita untuk melihat bagaimana sebenarnya visi kita dalam berkeluarga.
Ibarat orang yang bekerja mengerjakan suatu pekerjaan, ternyata antara satu orang dengan orang yang lain, boleh jadi memiliki visi yang berbeda. Ketika seorang pelancong datang menemui 7 orang yang bekerja membangun sebuah bangunan, dan bertanya : “Bapak, apa yang sedang Bapak kerjakan?” berikut ini macam-macam jawaban mereka:
Pekerja 1 : dengan seenaknya menjawab “lihat aja sendiri”
Pekerja 2 : “saya sedang membangun tembok”
Pekerja 3 :“saya sedang membangun sebuah bangunan”
Pekerja 4 : Tersenyum sambil mengatakan “saya sedang membangun sebuah masjid”
Pekerja 5 : Tersenyum lebih lebar dan mengatakan “saya sedang membangun sebuah peradaban dunia”
Pekerja 6 : Tersenyum lebar dan wajahnya berseri-seri  dan mengatakan “saya sedang membangun rumah saya disurga”
Pekerja 7 : “saya sedang membangun sebuah peradaban dunia dan juga membangun rumah saya di surga”

Jelaslah disini kita, bahwa visi kita dalam membangun keluarga adalah seperti seorang pekerja yang sedang membuat bangunan, maka kita milikilah visi yang paling jauh dan luas, kita tidak sekedar membangun keluarga sekolah tapi lebih dari itu.

Untuk itu menjadi penting bagi kita untuk belajar. Dalam masyarakat Indonesia, jika kita umpamakan masyarakat Indonesia dalam sebuah album, maka sekurang-kurangnya ada 5 potret keluarga, 
1.      Potret keluarga arena tinju
Adalah satu keluarga dimana suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga selalu diwaranai percekcokan. Ada orang yang mengatakan “Setiap di cek gak pernah cocok, makanya cekcok”. Tapi yang jelas dalam potret keluarga arena tinju ini, suami dan istri tidak pernah berada pada sudut yang sama, ketika suami berdiri di sudut merah, maka sang istri berdiri di sudut biru. Masing masing pihak selalu berusaha melancarkan aksinya untuk mengalahkan lawannya.
2.      Potret keluarga Pasar
Adalah satu keluarga dimana suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga mereka, mereka terlalu main itungan, masing-masing pihak tidak mau member lebih banyak kepada pasangan hidupnya atau masing-masing pihak tidak mau memberi sebelum mereka menerima. Masing-masing pihak merasa dirinyalah yang lebih banyak berkorban dalam rumah tangganya, apakah itu waktu, tenaga, fikiran, dll. Sehingga ketika seorang istri ngambek kepada suaminya, ia akan berkata, “akang ini enak ya, keluar rumah terus, saya ini kang, di rumah terus yang korban perasaan”. Disini si istri sedang ingin mengkomunikasikan kepada suaminya bahwa ia yang lebih banyak berkorban yaitu korban perasaan.
3.      Potret keluarga Sekolah
Adalah satu keluarga dimana suami, istri, dan seluruh anggota keluarganya dalam kehidupan rumah tangganya dipenuhi dengan warna warni, saling asah, saling asih, dan saling asuh. Saling asah berarti mereka saling memberi informasi saling membagi ilmu. Saling asih berarti mereka saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling asuh berarti saling dukung dan saling peduli.
4.      Potret keluarga Rumah Sakit
Adalah satu keluarga dimana pola hubungan suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga mereka ditandai dengan pola seperti dokter dan pasien. Adakalanya pasien butuh dokter, tapi adakalanya juga dokter yang butuh pasien. Sangat bergantung dari status sosial ekonomi dari sang pasien. Kalau misalnya pasien berasal dari keluarga ekonomi rendah dan ia mendapatkan seorang dokter yang tidak mensyaratkan sejumlah uang muka untuk rawat inap, maka pada saat itulah ia merasa sang pasien butuh dokter. Dalam sebuah anekdot, dalam sebuah lelucon misalnya, dokter mengatakan “waduh bapak ini gimana, jantungnya udah busuk, bagaimana kalo jantungnya dicopot aja pak?” lalu sang pasien menjawab “iya pak dokter, yang penting sembuh”. Nah dalam titik ini bisa dilihat sang pasien sudah pasrah, jadi si pasien sudah lupa bahwa jika jantungnya di lepas, bukan hanya penyakitnya yang hilang, tapi lebih dari itu, nyawanya juga akan hilang. Akan tetapi jika si pasien berasal dari status ekonomi yang tinggi, maka ia tidak butuh dokter. Karena ia punya uang banyak, dengan uangnya ia bisa membayar banyak dokter pribadi. Bahkan ada seorang pasien di Indonesia, ia tidak hanya punya satu dokter pribadi tapi 13, untuk jantungnya sendiri, ginjalnya sendiri, paru-parunya sendiri, jadi sebenarnya sang pasien tidak punya dokter pribadi, yang punya dokter pribadi adalah organ-organ tubuhnya. Ketika ada salah satu anggota keluarganya terkena ekstasi dan dalam aliran darahnya sudah mengalir drug, dan dari hasil pemeriksaan dokter sudah positif. Maka dipanggilah si dokter itu “pak dokter, saya tidak mau wartawan sampai tau kasus anak saya, kalo wartawan sampai tau kasus anak saya, bapak akan saya pecat sebagai dokter pribadi saya” dan sang dokter hanya dapat mengatakan “iya, baik pak”. Disini kondisinya terbalik, bukan sang pasien butuh dokter tapi dokter yang butuh pasien. Sehingga ketika seorang istri di potret keluarga rumah sakit ini marah pada suaminya, ia akan berkata “halah, mas ini apa, kalo dulu mas gak nikah sama saya, ma situ miskin, mas kaya karena dikasih perusahaan sama orang tua saya, coba mas lihat, mobil, rumah, semua dari siapa mas? Dari orang tua saya”. Atau sebaliknya ketika suami marah, ia akan berkata “halah kamu ini apa, kalo dulu kamu tidak saya pungut jadi istri, kamu tuh jadi apa”. Mereka hidup bersama, tetapi mereka tidak saling angkat, tapi saling ungkit.
5.      Potret keluarga Kuburan  
Adalah satu keluarga dimana pola hubungan suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga mereka selalu bersama, tapi mereka tidak pernah bertegur sapa. Jadi pola berumah tangga mereka, seperti bertetangganya dua buah kuburan, di bawah naungan pohon kamboja.

Semoga, dalam kehidupan keluarga kita, kita bisa memilih potret keluarga terbaik, dan bisa mengantarkan seluruh anggota keluarga kita ke surga kelak. Aamiin …

Jazakumullah khair buat yang telah memberi saya banyak file2 kajian tentang pernikahan dan rumah tangga, buat yang ingin memilikinya juga, silahkan coment disini, ada sekitar 1 Gb lebih....

Friday, June 15, 2012

Humor Ikhwah #1

== Ta'aruf yang Unik ==


Seorang ikhwan yang kuliah di semester akhir berazzam untuk menyempurnakan separuh dien-nya. Sebagaimana biasa, beliau pun menghubungi ustadnya dan memulai proses dari awal sampai akhirnya tiba saatnya untuk taaruf, yaitu dipertemukan dengan calonnya. Tibalah hari dan jam yang telah ditentukan, dengan semangat seorang aktivis, beliau datang tepat waktu di sebuah tempat yang telah di janjikan ustad. Taaruf pun dimulai, sang akhi duduk di sebelah murobbi, sementara agak jauh di depannya sang akhwat ditemani murobbiyahnya dengan posisi duduk menyamping menjauhi sudut pandangan si ikhwan. Setelah sekian lama berlalu tak ada pembicaraan, sang murobbi berbisik pelan pada mad'unya yang malu-malu ini,

"Gimana akhi, sudah lihat akhwatnya belum, sudah mantap apa belum?"

"Sudah Ustad, saya mantap sekali ustad, akhwatnya yang sebelah kiri itu khan?"

Murobbinya kaget, wajahnya berubah agak kemerahan. " Eh..gimana antum! yang itu istri saya!"

Rekruitment Santri Baru Rumah Qur'an Bintaro

Bismillah..
Assalamualaikum warahmatullah..

Saudara-saudariku yang dirahmati Allah..
insyaAllah Rumah Qur'an Bintaro membuka pendaftaran seluas-luasnya bagi lulusan SMA/sederajat, karyawan maupun mahasiswa untuk menjadi santri angkatan ke-2
pendaftaran dibuka dalam 2 gelombang
>>gelombang-1 : tgl 23-24 Juni 2012
>>gelombang-2 : tgl 1-2 Sept 2012
Pengumuman santri yang diterima insyaAllah tanggal 25 Juni dan 3 September 2012..
Test tulis dan wawancara bertempat di Masjid An-Nur Pondok Jurang Mangu Indah (PJMI)
pukul 12.30 s.d. 16.00
Utk mendaftar silakan ketik REG_Nama_Alamat_pekerjaan dan kirim ke
-Ikhwan>>  0896-5286-0441
-Akhwat>> 0857-7649-4483

Selamat berlomba-lomba menjadi ahlulqur'an..menjadi ahlullah..
Allahummarhamna bil Qur'an

Wassalamualaikum warahmatullah

Monday, May 7, 2012

Tidak Boleh Membuat Kemudharatan



عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
[حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]
Abu sa’id, sa’d bin sinan al khudri ra berkata Rasulullah saw bersabda “tidak rugi dan tidak merugikan”
(hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh ibnu majah, daruquthni dan yang lain, juga diriwayatkan oleh imam malik dalam kitabnya almuwaththa’ sebagai hadits mursal, dari amr bin yahya dari bapaknya dari nabi saw, dengan meniadakan abu said. Hadits ini mempunyai beberapa jalur yang saling menguatkan)

Ahamiyatul hadits (keutamaan hadits)
Abu dawud : hadits ini adalah salah satu dari beberapa hadits yang menjadi siklus agama islam.

Mufradatul hadits (arti kata)
Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan kata dharar dan dhirar. Apakah satu arti, atau masing2 memiliki arti yang berbeda. Tapi banyak ulama yang membedakan arti dua kata ini. Makna yang diberikan juga beragam. Yang lebih mendekatkan kebenaran adalah dharar berarti menyakiti orang yang tidak menyakiti kita, sedangkan dhirar adalah menyakiti orang yang telah menyakiti kita, akan tetapi cara yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan ketentuan syariat. Yang jelas, keduanya tidak diperbolehkan dalam islam.

Fiqhul hadits (kandungan)
  1. Yang dilarang adalah menyakiti bukan karena alasan syar’i. sedangkan menyakiti orang lain dengan ketentuan syar’I, seperti menjatuhkan hukuman kepada orang yang berbuat zalim atau melakukan kejahatan, maka hal itu diperbolehkan. Karena hukuman yang diberikan adalah ketentuan syariat, dan bahkan syariat meyatakan bahwa hukuman tersebut adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
    “dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang2 yang berakal”(2:179)

    Rasulullah bersabda saya diutus untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Jika mereka mengucapkannya, maka nyawa dan harta mereka terlindungi, kecuali dengan alasan syar’I, dan perhitungannya adalah disisi Allah” (muttafaq ‘alaih)
    Dengan kata lain, kecuali mereka melakukan tindak kejahatan, yang mengharuskannya dijatuhkan hukuman materi atau fisik.
    Bahkan pada dasarnya, menghukum orang yang berbuat kejahatan adalah usaha untuk mencegah kemudharatan, karena dengan hukuman terebut akan menghindarkan mudharat yang lebih luas.
  2. Allah tidak memerintahkan hambaNya untuk melakukan sesuatu yang membawa mudharat, atau meninggalkan sesuatu yang membawa manfaat.
    Semua yang diperintahkan pada dasarnya untuk kebaikan dunia akhirat. Semua larangan pada dasarnya karena perkara itu membawa kerusakan dunia akhirat.
    “katakanlah Rabbku menyuruh menjalankan keadilan” al-a’raf:29
    “katakanlah Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, yang nampak maupun yang tersenmbunyi” (Al-A’raf 33)
    Keadilan membawa manfaat, perbuatan keji membawa kerusakan.
    Karenanya semua orang yang bisa menggunakan akal sehatnya, ketika mengamati hukum2 Allah, jelas akan mengetahui bahwa Allah akan membolehkan hambaNya segala sesuatu yang bisa menjaga keselamatan akal dan badannya, dan Allah tidak melarang kecuali yang merusak akal dan badannya.

    Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS   :32)
  3. Meringankan beban
    Termasuk bentuk dari tidak adanya kemudharatan dalam Islam adalah keringanan yang diberikan kepada orang yang merasa berat. Inilah karakter Islam, agama yang memudahkan.
    "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
    (QS Al-Baqarah:286)
    Contoh keringanan (rukhshah):
-          Tayamum
-          Buka sebelum waktunya
-          Pelanggaran waktu ihram lantaran sakit misal.
-          Dll
(bersambung)
Diambil dari : Al-Wafi, Dr Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyidin Mistu

Thursday, April 26, 2012

Sungguh, Wanita Hitam itu Lebih Baik

Pernahkah anda berpikir sejenak, apa yang telah anda raih di dunia? Keluarga, pendidikan, karier, status sosial, ketenaran.... Saya, dan barangkali juga anda saudariku Muslimah, mungkin terjebak dalam lingkaran itu. Yang bernilai di mata kita adalah harta, dan berbagai perhiasan dunia. Yang mempesona hati kita adalah karier yang terus menanjak, status sosial yang tinggi, yang membanggakan bagi kita adalah pendidikan tinggi, dan lebih bangga lagi jika itu pendidikan luar negeri, yang menggembirakan hati kita adalah anak-anak yang berhasil dalam pendidikan dan hidup mereka serba kecukupan. Bercerita tentang keberhasilan kita dalam kehidupan duniam, kita menjadi berapi-api.

Sebaliknya, mempertahankan rasa malu bagi kita bukan sesuatu yang membanggakan. Sangat sedikit di kalangan kaum Muslimah yang bangga dengan status yang disandangnya sebagai wanita Muslimah, yang ditunjukkan dengan identitasnya, lebih khusus lagi dengan pakaiannya. Sangat sedikit di antara kita yang rela menyelisihi sebagian besar wanita untuk berhias, dan menutup tubuhnya rapat-rapat dari pandangan orang lain. Dan di antara yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang bersungguh-sungguh dalam mengenakan hijabnya karena berharap ridha Rabb-nya.

Kisah berikut ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita, saya dan anda, bahwa seluruh nikmat yang telah kita raih, keberhasilan yang kita capai sangat tidak berarti apa-apa, dibandingkan dengan seorang wanita hitam yang datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Dari Atha bin Abi Rabbah: “Telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas: “Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita penghuni surga?” maka aku berkata : “tentu!”. Kemudian ‘Abdullah berkata: “Wanita hitam dia pernah mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu ia berkata: “ aku kena penyakit ‘usro’u (ayan/epilepsy), jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap. Maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “jikalau aku do’akan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi jikalau kamu sabar maka bagimu surga”. Maka wanita hitam itu berkata: “Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap”. Maka Nabi pun mendo’akannya.” (HR Bukhari Muslim)
Seorang wanita hitam yang entah berasal dari mana, dengan penyakit kejang-kejangnya, di zaman sekarang akan menjadi orang yang dipandang sebelah mata. Bahkan mungkin tidak akan dilirik sama sekali. Tapi tidak dengan wanita ini. Sungguh wanita hitam ini lebih baik, bahkan jauh lebih baik dan lebih mulia dari wanita manapun yang mengaku paling bahagia di zaman sekarang ini.

Dalam muhadharahnya mengenai Kisah Wanita Penghuni Surga, Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin al-Badr menjelaskan, bahwa wanita hitam ini memiliki iman dan ketulusan dalam imannya, agamanya kuat serta memiliki rasa malu yang sangat tinggi. Akan tetapi dia diuji oleh Allah dengan ditimpa penyakir usra’u yang menyebakannya pingsan dan kejang-kejang yang membuatnya sedih dan mengganggunya. Maka wanita ini pun datang kepada Nabi shallallahu alaihi waswallam agar berdoa kepada Allah, agar Allah subhanahu wa ta’ala menyembuhkan penyakitnya dan menghilangkan kegelisahan yang dialaminya selama ini. Akan tetapi Nabi shallallahu alaihi wasallam mengarahkan wanita ini akan sesuatu yang lebih baik dari kesembuhan, yaitu jika sang wanita tersebut sabar dengan ujian yang dihadapinya maka dia akan mendapatkan surga dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Tatkala mendengar arahan dari Nabi maka wanita ini pun memilih untuk bersabar agar dia dapat meraih surga, agar dia dapat memperoleh kesudahan yang sangat indah, dan dia akan mendapatkan surga dengan jaminan Nabi shallallahu alaihi wasallam jika dia bersabar. Maka dia pun bersabar dengan penyakit yang dia rasakan. Akan tetapi dia mengeluhkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang perihal yang dialaminya tatkala dia sedang pingsan, yakni terbukanya sebagian auratnya. Padahal wanita ini tatkala sedang pingsan, dia mendapatkan uzur karena dia sedang sakit, dia tidak dapat melakukan apa-apa dan itu diluar kehendak dia. Akan tetapi karena kuatnya imannya dan rasa malunya yang sangat tinggi dan sucinya hatinya, maka kondisi yang seperti ini membuat dia gelisah. Oleh karenanya wanita ini pun meminta kepada Nabi dan mengabarkan kepada Nabi shallallahu alaihi waswallam tentang perihalnya dan berkata: “إِنِّي أَتَكَشَّفُ Maknanya, setiap kali aku pingsan maka auratku pun tersingkap. Dan ini perakara yang dia tidak bisa bersabar karenanya. Wanita ini bisa bersabar menghadapi penyakit, akan tetapi dia tidak bisa bersabar terhadap sebagaian anggota tubuhnya yang tersingkap ketika penyakitnya kambuh. Karenanya dia meminta kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam agar Allah menutup auratnya tatkala dia sedang pingsan. Maka Nabi pun mendoakan wanita ini, sehingga Allah subhanahu wa ta'ala tetap menjaga auratnya ketika dia pingsan, karena doa Nabi shallallahu alaihi waswallam.

Kisah wanita ini kisah yang sangat agung dan sangat menakjubkan, menjelaskan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang indah yang dimiliki wanita ini, rasa malu dan bersihnya hatinya. Perhatikanlah wanita ini berkata: “Wahai Raulullah sesungguhnya aku (ketika penyakitku kambuh) terbuka sebagian auratku, berdoalah kepada Allah agar tertutup auratku.” Padahal terbukanya sebagian anggota tubuhnya ini diluar kehendaknya, karena dia sedang tidak sadar. Akan tetapi meskipun dia tidak sadar dan mendapat uzur dari Allah, hal ini membuat dia menjadi gundah gulana, membuatnya gelisah. Jika penyakit yang menimpanya, dia masih bersabar. Akan tetapi kondisi yang tebuka aurtanya, dia tidak bersabar, dan mengadukan kepada Nabi shallallahu alaihi waswallam.

Lalu bagaimana dengan keadaan sebagian wanita saat ini? Yang dengan sengaja menampakkan keelokan tubuhnya? Sengaja memperlihatkan bagian tubuhnya yang memfitnah para lelaki. Dengan sadar bahkan dengan sengaja dan tidak perduli, tidak ada rasa malu dan tidak ada rasa iman. Bukankah banyak wanita yang telah mendengarkan firman-firman Allah subhanahu wa ta’ala, dan telah mendengarkan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang larangan untuk bertabarruj dan memamerkan aurat. Bukankah telah banyak ancaman dari Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi waswallam tentang wanita yang menampakkan aurat dengan sengaja. Akan tetapi para wanita tersbut tetap tidak perduli dengan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya dan tetap menampakkan keindahan tubuhnya.

Sungguh, wanita hitam ini lebih baik, bahkan jauh lebih baik dari siapapun di antara kita. Jika dia malu dan tidak ridha auratnya tersingkap manakala dia tidak sadar, sebagian wanita di zaman sekarang justru dengan sadar dan tanpa rasa malu menyingkap auratnya padahal dia tahu akan kewajiban menutup aurat. Ketika dia gelisah dan tak dapat bersabar atas auratnya yang tersingkap, sebagian kita justru lebih sabar menghadapi tatapn ‘penuh makna’ secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi dan siulan laki-laki di pinggir jalan karena pakaiannya yang mempertontonkan auratnya dan menampilkan keindahan tubuhnya.

Ya, dengan alasan dunia sebagian muslimah zaman sekarang menanggalkan rasa malu jauh di belakang. Menganggap hijab hanya akan menghalangi langkah dalam meniti karier, menghambatnya meraih pendidikan dengan gelar tertinggi, menghalanginya dari pergaulan, kemajuan dan gemerlapnya hidup. Jika wanita hitam ini memiliki penyakit jasmani, maka kita memiliki penyakit yang lebih berbahaya, lemahnya iman dan hilangnya rasa malu.

Sebagian kita tidak punya rasa malu! Keliru, mungkin punya rasa malu, tapi rasa malu itu diletakkan di tempat yang salah! Sebagian wanita malu mengenakan hijab syar’i karena anggapan ketinggalan zaman, kuno, fanatik, dan terlihat menyedihkan seperti perempuan dalam kurungan. Sebaliknya mereka tidak malu ketika menampakkan sebagian anggota tubuh, berlenggak-lenggok dengan pakaian ketat yang seolah hendak melontarkan bagian-bagian tubuh yang ada di baliknya, menjadikan dirinya obyek yang bisa dilihat oleh siapa saja yang menghendaki. Bahkan jilbab pun dimodifikasi agar dapat tetap mempertontonkan keindahan tubuh seorang wanita.

Sungguh wanita hitam ini jauh lebih baik. Dia bukanlah wanita dengan sederet gelar di belakang namanya, bukan pula wanita dengan status sosial yang tinggi di masyarakat, bukan pula wanita karier yang sukses. Akan tetapi yang dimilikinya jauh lebih berharga, jauh lebih bernilai dari semua itu. Dia punya iman! Dia punya kesucian hati! Dia punya rasa malu! Dia lebih memilih bersabar dari penyaktinya dan hanya meminta didoakan agar auratnya tidak terlihat ketika penyaktinya kambuh. Sebuah pilihan yang membuahkan surga. Sedangkan kita...?? Sebagian kita, ketika dibacakan hadits tentang dua golongan penghuni neraka dan merka tidak akan mencium bau surga - yang salah satunya adalah wanita yang berpakaian tapi telanjang – hanya mendengarkan dengan roman tak perduli. Dengan sadar memilih bermaksiat terang-terangan dengan mengumbar aurat, yang telah jelas mendapat ancaman neraka. Lalu bagaiman kita bisa berharap sampai pada kedudukan wanita hitam ini? Bagaimana kita berharap mendapatkan ampunan dari Allah sedangkan Rasulullah telah bersabda:

“Setiap ummatku dimaafkan kecuali mereka yang terang-terangan” (HR Bukhari)

Kita bukanlah apa-apa. Kita hanya meraih sedikit dari limpahan nikmat yang Allah Ta’ala tebarkan di muka bumi. Celakanya, kita hampir tidak memiliki bagian apa-apa dari kenikmatan surga yang jauh lebih besar dan abadi. Kita tidak punya keimanan dan rasa malu seperti yang dimiliki wanita hitam itu. Kita tidak mendapatkan jaminan surga seperti wanita hitam itu, dan usaha yang kita lakukan untuk meraih surga pun sangat kecil dan tidak berarti apa-apa, sangat tidak sebanding dengan usaha kita mendapatkan dunia.

Karenanya untuk diriku, dan untukmu saudariku Muslimah, mari bercermin dari wanita hitam ini, belajar dari keteguhan iman seorang wanita hitam yang sederhana ini, dari kesucian hati dan rasa malu yang dimilikinya, keinginannya untuk tetap menjaga auratnya, menjaga kehormatannya dalam keadaan apapun, demi mengharap ridha Rabbnya. Sungguh, wanita hitam ini lebih baik, bahkan jauh lebih mulia daripada kita.


http://www.khayla.net/2011/09/sungguh-wanita-hitam-itu-lebih-baik.html

Friday, April 6, 2012

Kaidah-kaidah Global dalam Fikih

  1.  Segala sesuatu tergantung maksud dan tujuannya.
  2. Asal dari perkataan itu merujuk pada makna sebenarnya (denotasi). Kalau makna denotasi sulit diartikan, baru merujuk makna konotasi.
  3. Keyakinan itu tidak bisa hilang oleh keragu-raguan.
  4. Asal sesuatu itu terlepas dari beban. Manusia pada dasarnya tidak punya kewajiban apapun terhadap orang lain lain, kecuali orang lain bisa membuktikan kewajibannya. ex. hutang
  5. Tidak boleh memadharatkan/ menyulitkan orang lain dan diri sendiri. ex. merokok.
  6. Kemadharatan yang lebih besar dihilangkan oleh kemadharatan yang lebih ringan.
  7. Hukum itu berdasarkan keghalibannya (kelumrahannya), bukan atas kejarangannya. ex. ulama mengatakan -biasanya orang baligh pada usia 15 tahun-. maka kalau ada yang baligh lebih dari 15 tahun, tidak serta merta mengubah hukum.
  8. Semua keuntungan itu disertai resiko kerugian. Nah, kenapa riba diharamkan? karena untungnya tidak disertai kerugian.

-catatan ma'had 24 Nov 08-
Pengantar fiqh.
disampaikan ust. ilyas

dari sini

Konsekuensi Penghambaan

Yusuf Qardhawi : prinsip kedua tentang hukum halal dan haram adalah penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah. Manusia tidak berhak membantah atau melanggar. Itu adalah hak rububiyah Allah sekaligus konsekuensi penghambaan kepada-Nya. Meskipun demikian, sebagai wujud dari rahmat-Nya, maka dijadikan halal dan haram itu karena alasan yang masuk akal, jelas, dan kuat demi kemaslahatan manusia itu sendiri. artinya, yang dihalalkan Allah pasti baik dan yang diharamkan pasti buruk.

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah" QS Al- Hasyr 7

Dalam kaidah ushuul fiqh : pola 'larangan' (an-nahyu) itu menyebabkan (sesuatu hal) itu dihukumi sebagai hal yang haram. otomatis kaidah ini juga berlaku untuk pola 'perintah'. dalam ayat diatas kata 'terimalah' berpola perintah, dan 'tinggalkanlah' berpola larangan.

( apakah kata 'hendaknya' itu juga termasuk pola 'perintah' yang artinya dihukumi wajib?)

Kalau memang suatu perkara itu dihukumi wajib atau suatu perkara itu dilarang, maka manusia memang harus melakukannya atau meninggalkannya tanpa reserve, meskipun tidak tahu manfaat dan mudharatnya. Dahulu, orang Islam hanya memahami alasan pengharaman babi karena kotor dan menjijikkan. Seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan berhasil mengungkap bahwa dalam daging babi terdapat cacing pita. Nah, berubah dong alasan pengharamannya? karena perkembangan zaman lagi, bukan tidak mungkin daging ini bisa dibersihkan dari cacing. Nah, apakah serta merta babi jadi halal? enggak kan?

Kesimpulannya, syariat diturunkan untuk menguji ketaatan hamba.. dan tidak selamanya hamba harus mengetahui manfaat atau mudharatnya.

referensi:
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam
Mochamad Ilyas, Lc., MA. , Diktat ringkasan Ushul Fiqh
diambil dari sini

 
Powered by Blogger